Beranda | Artikel
Mentauhidkan Allah dalam Ibadah
Rabu, 18 Agustus 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Ahmad Zainuddin

Mentauhidkan Allah dalam Ibadah adalah ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Fathul Majid Syarh Kitab At-Tauhid. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc. pada Rabu, 9 Muharram 1443 H / 18 Agustus 2021 M.

Kajian Tentang Mentauhidkan Allah dalam Ibadah

Dari Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu, ia berkata, “Aku pernah dibonceng oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di atas seekor keledai. Lalu Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepadaku:

يَامُعَاذُ ، أَتَدْرِيْ مَا حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ ، وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ ؛ قَالَ : حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوْهُ وَلَا يُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئًا ، وَحَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا. قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ ، أَفَلَا أُبَشِّرُ النَّاسَ ؟ قَالَ : لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوْا

Wahai Mu’adz! Apakah engkau mengetahui apa hak Allah atas hambaNya dan apa hak hamba atas Allah? Lalu aku berkata, ‘Allah dan RasulNya lebih mengetahui.’ Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya hak Allah atas hambaNya adalah mereka beribadah kepadaNya dan tidak mensyirikkanNya dengan suatu apapun. Dan hak hamba atas Allah adalah Dia tidak menyiksa siapa saja yang tidak mensyirikkanNya dengan suatu apapun.’

Lalu aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah aku beritahukan kabar gembira ini kepada orang-orang?’ Lalu Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Jangan diberitahukan kepada mereka karena mereka akan bersandar’.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Inilah pendapat Ahlus Sunnah wal Jama’ah bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan hak kepada hamba atas tauhid hambaNya. Hamba-hamba yang bertauhid dan tidak mensyirikkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka mereka berhak untuk mendapatkan surga dan tidak disiksa di neraka. Hak ini adalah hak yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan sebagai nikmat dan karunia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan hak yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan karena hamba mewajibkannya terhadap Allah.

Inilah pendapat Ahlus Sunnah yang berbeda dengan pendapat kaum Mu’tazilah. Dimana mereka menganggap bahwasanya jika seorang hamba telah beribadah kepada Allah, mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka wajib bagi Allah untuk tidak menyiksanya di neraka.

Adapun pendapat Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah apabila seorang hamba mentauhidkan Allah, tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatu apapun, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala memasukkan hamba-hamba kepada surga dan tidak menyiksa mereka di neraka. Ini adalah karunia dan juga nikmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan gantian atas tauhid hamba dan bukan paksaan dari hamba terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Adab seorang murid

Perkataan Muadz bin Jabal ketika ditanya oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, lalu Mu’adz menjawab “Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” di dalam perkataan ini terdapat adab yang baik dari seorang murid, yaitu bahwa semestinya jika ditanya tentang sesuatu yang tidak diketahui hendaknya dia mengucapkan الله ورسوله أعلم. Berbeda dengan orang yang berpura-pura tahu.

Perkataan الله ورسوله أعلم ini semestinya dikatakan juga di zaman sekarang. Akan tetapi para sahabat Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhum sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan الله أعلم.

Ini adalah pelajaran bagi kita, apabila kita tidak mengetahui maka jangan berpura-pura tahu, tapi ucapkanlah الله أعلم.

Mentauhidkan Allah dalam ibadah

Dalam hadits ini disebutkan: “Hak Allah atas hambaNya adalah beribadah kepadaNya dan tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatu apapun.” Yang dimaksud tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatu apapun adalah mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ibadah. Hal ini karena tauhid tidak akan tegak kecuali dengan mengkufuri semua Tuhan-Tuhan selain Allah.

Al-Allamah Ibnul Qayyim Rahimahullah telah mendefinisikan ibadah dengan definisi yang sangat bagus dan sangat lengkap. Beliau berkata:

وعـبادةُ الرحمـن غَايَـةُ حُبِّـهِ، مـع ذُلِّ عـابـده همـا قُـطْبَـانِ

وعليهمــا فلـك العبـادة دائـرٌ، مـا دار حــتى قــامت القطبـانِ

ومـداره بـالأمر أمــرِ رسـوله، لا بالهـوى, والنفـسِ, والشـيطانِ

“Beribadah kepada Allah Yang Maha Pengasih adalah dengan cara kecintaan yang paling tinggi. Disertai dengan hinanya yang beribadah. Dua hal inilah yang merupakan sumber dari ibadah. Dan pusatnya adalah mengerjakan perintah RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bukan dengan hawa nafsu, petunjuk dari setan.”

Ibadah adalah tauhid

Dalam hadits disebutkan: “Mereka tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatu apapun.” Maksudnya adalah mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ibadah. Maka wajib untuk memurnikan ibadah dari kesyirikan. Siapa yang tidak melepaskan kesyirikan di dalam ibadah, maka berarti dia tidak mengerjakan ibadah kepada Allah semata, berarti dia tidak bertauhid. Tetapi dia adalah orang musyrik yang menjadikan sekutu bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Inilah makna dari perkataan Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahab yang mana Beliau mengatakan di dalam bab ini bahwa ibadah adalah tauhid dan bahwa pertentangan terjadi di dalam tauhid. Maksudnya adalah siapa yang bertauhid maka wajib baginya untuk mengkufuri semua Tuhan selain Allah, wajib meninggalkan kesyirikan. Jika tidak mengkufuri Tuhan selain Allah dan tidak meninggalkan kesyirikan, maka tidak bermanfaat tauhidnya.

Pertentangan antara Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beserta para sahabatnya dengan orang-orang kafir Quraisy adalah karena mentauhidkan Allah dalam ibadah, bukan mentauhidkan Allah di dalam kekuasaan. Karena Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan umatnya meyakini bahwa Allah Maha Pencipta, Maka Pengatur, Maha Berkuasa. Sedangkan seluruh orang musyrik Quraisy juga meyakini Allah Maha Pencipta dan Pengatur. Perbedaannya adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajak manusia untuk mentauhidkan Allah dalam ibadah; shalat, puasa, zakat, haji, berdoa, berdzikir, isti’anah, istighatsah, isti’adzah, ini semua wajib hanya kepada Allah. Sedangkan orang-orang musyrik Quraisy tidak memurnikan ibadah hanya untuk Allah.

Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari kita download dan simak mp3 kajiannya.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50551-mentauhidkan-allah-dalam-ibadah/